Kafe Antara, 16 Juli 2025—Acara terakhir dari rangkaian Pekan Keilmuan diramaikan oleh Teras Ushul Offline. Teras Ushul yang biasanya ditayangkan di reels Instagram @ushuluddincairo, kali ini disajikan sebagai seminar dan diskusi terbuka oleh SEMA-FU. Dihadiri oleh sekitar seratus mahasiswa lintas jurusan dan jajaran pemateri berkompeten, acara ini menggagas tema besar "Ateisme dalam Bayang Modernitas".
Acara dimulai pukul 08.50 malam waktu Kairo. Dibuka oleh Muhammad Haikal Maghribi sebagai moderator, lalu sambutan oleh Wakil Ketua SEMA-FU, Hayatan Fathah Bijaksana. Dalam sambutannya, Hayatan menyampaikan salah satu visi akademik SEMA-FU: membentuk intelek muda yang kokoh dalam akidah. Maka dari itu, SEMA-FU membuka kembali ruang diskusi publik pada bidangnya.
Kemudian, pemateri pertama, Idzharul Hasan memaparkan pengantar dan poin umum mengenai tuduhan para ateis terhadap akidah Islam. Menyajikan argumen mendalam dengan menyangkal bahwa anggapan tidak adanya relevansi mengkaji ilmu kalam di era modern itu salah karena ilmu kalam selalu menaruh perhatian mengakar terhadap kekritisan berpikir. Selanjutnya, pemateri kedua, Dawam Dzikrillah, Lc. menjelaskan pengenalan mengenai ateisme, buah-buah dampaknya, dan kebuntuan pikirnya sejak kemunculannya. Menerangkan bahwa riak-riak ateisme sudah muncul sejak lama dan bukan persoalan yang segar. Pemateri terakhir, Said Anwar, Lc. menjabarkan secara rinci mengenai hukum kausalitas, mencapai kesimpulan bahwa pada beberapa perdebatan, para mutakallim dan fisikawan berada pada mahallunniza' (titik perdebatan) yang berbeda. Mutakallim menganggap kausalitas sebagai why dalam kemunculan dan keberlangsungan alam, bahwa kausalitas itu adalah bagian dari hukum akal, bukan objek empiris. Sedang para fisikawan memandangnya sebagai objek empiris, menganggap kausalitas sebagai how bagi kinerja alam.
Selanjutnya, dibuka sesi tanya-jawab dan diskusi antara audiens dengan pemateri. Antusiasme audiens terasa meluap-luap, terlihat dengan pertanyaan yang membanjiri pemateri. Terdapat tiga pertanyaan yang dilemparkan dari audiens yang berbeda-beda, lalu para pemateri menjawab dan melempar kembali pertanyaan audiens sebagai bahan diskusi. Sebelum ditutup, acara diakhiri penyampaian closing statement oleh para pemateri, dilanjut dengan penyerahan sertifikat kepada pemateri dan kolaborator lalu berfoto bersama.
Melihat antusiasme para mahasiswa, acara ini diharapkan dapat membangkitkan api semangat melahirkan intelek Islam yang tidak takut dan tidak mudah "mengharamkan" pertanyaan, terbebas dari kurungan taqlid buta dan berpikir secara merdeka sesuai akidah Islam.
Diliput oleh: Wildan Taufiq—17 Juli 2025
Komentar