Kairo, 2 November 2024 — Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-23, Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) menyelenggarakan serangkaian acara bertajuk Ushul College Week dengan motto "Start With Enthusiasm, Finish With Achievement." Pekan kegiatan ini dimeriahkan dengan berbagai acara menarik, termasuk lomba menulis esai dan daily vlog, giveaway, serta webinar studi lanjut S2 di Pakistan dan Yaman yang berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PPIDK Timtengka).
Sorotan utama Ushul College Week tahun ini adalah webinar S2 yang diselenggarakan pada 2 November 2024. Webinar ini menampilkan dua narasumber yang merupakan mahasiswa pascasarjana di Yaman dan Pakistan, yaitu Syahrul Romadon, Lc., dari Universitas Al-Ahgaff Yaman, dan Muhammad Riyadi Lubis, S.Pd, S.Q., dari Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan. Acara berlangsung pukul 13.00 waktu Kairo, dibuka oleh MC, Calista Thea, kemudian diikuti sambutan dari Ketua SEMA-FU, Wildan Akbar Fathurrahman. Dalam sambutannya, Wildan menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas terwujudnya kolaborasi dengan PPIDK Timtengka. “Semoga webinar ini bisa memberi inspirasi dan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa S1 yang berminat melanjutkan studi S2, terutama di Pakistan dan Yaman,” ujarnya dengan penuh harapan.
Selanjutnya, sambutan hangat juga disampaikan oleh Moh. Ridhan Alhafidz, Wakil Koordinator PPIDK Timtengka sekaligus perwakilan dari PPMI Pakistan. Ia menyampaikan terima kasih atas kesempatan kolaborasi ini dan berharap kegiatan serupa dapat terus memberi manfaat bagi pelajar Indonesia di Mesir serta menjadi inspirasi untuk melestarikan tradisi akademis.
Acara kemudian dipandu oleh Filza Azkia sebagai moderator. Pemateri pertama, Syahrul Romadon, Lc., membahas sistem pendidikan dan kehidupan sosial di Yaman, khususnya di Tarim. Syahrul menjelaskan bahwa kultur sosial Yaman kental dengan nilai-nilai Islam, terlihat dari tradisi saling berjabat tangan sambil mengucap salam, penghormatan terhadap hak-hak perempuan, dan kebiasaan perempuan bercadar. Selain itu, nilai keilmuan di sana juga sudah kuat bahkan sebelum Islam datang. Pendidikan di Yaman terbagi antara formal (sekolah dan universitas) dan non-formal (pesantren dan sebagainya), dengan metode pengajaran yang di antaranya dikenal dengan ribat—halaqah atau pengajian melingkar, metode pengajaran formal seperti di sekolah dan universitas, serta perpaduan keduanya seperti ruwaq yang biasa dikenal di Mesir.
Materi berikutnya disampaikan oleh Muhammad Riyadi Lubis, S.Pd, S.Q., yang memaparkan pengalaman akademisnya di Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan. Pakistan, dengan populasi Muslim mencapai 96%, menjadikan mazhab fikih Hanafiyah dan akidah Maturidiyah sebagai mayoritas. Riyadi menjelaskan bahwa Universitas Islam Internasional Islamabad dikelola oleh Pakistan dan Arab Saudi berada di peringkat 49 se-Asia Selatan, peringkat satu di Pakistan dalam studi Teologi dan Ushuluddin, peringkat tiga di Pakistan dalam studi Matematika, dan peringkat empat di Pakistan dalam studi Fisika dan Astronomi. Kampus ini menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar. Para mahasiswa baru di sana umumnya diwajibkan mengikuti kelas bahasa selama setahun sebelum masuk ke jenjang kuliah, tergantung pada jurusan yang diambil.
Setelah penyampaian materi, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab yang interaktif, doa, dan ditutup dengan harapan agar kegiatan ini dapat terus menginspirasi para mahasiswa dalam meraih impian pendidikan tinggi mereka.
Komentar